A. MAKAN
SAHUR
Aktifitas
Hadhrat Rasulullah saw. selama bulan Ramadhan diantaranya makan sahur dibawah
ini hadis-hadis yang menerangkan bahwa sahur adalah kegiatan yang penting untuk
menyongsong ibadah puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Mengenai
hal ini, Rasulullah saw. besabda:
‘an
anasin ibnu malikin (rodhiyallohu ‘anhu) qôla: qôla RosûlaLlâhi (shollollohu
‘alayhi wa sallam), tasahharû fa-inna fis-sahûrî barokat(un) (Mutafaq ‘alayh)
Artinya:
Dari Anas bin Malik ra. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Makan sahurlah
kamu sekalian, sebab dalam makan sahur itu ada berkahnya.” (Mutaffaq’alaih)
Ahmad
menambahkannya dari Hadis Abu Sa’id:
falâ
tad’ûhu, wa law an yatajarro’a ahadukum jar’atan min mâ-in fa-innaLloha wa
malâ-ikatahû yushollûna ‘alal-mutasahhirîn(a) – (rowâhu Ahmad)
Artinya:
Maka janganlah kamu tinggalkan sahur itu, dan seandainya seseorang diantara
kamu meneguk (meminum) seteguk air, maka sesungguhnya Allah dan para
Malaikat-Nya mendoakan atau mengasihani orang-orang yang sahur itu. (HR. Ahmad)
[1]
-
‘anibni ‘abbâsin, ‘anin-nabiyyi (shollollohu ‘alayhi wa sallam) qôla: ista’înû
bitho’âmissahari ‘alâ shiyâmin-nahri wa bil-qoylûlati ‘alâ qiyâmul-layl(i) -
Artinya:
Nabi saw. bersabda: “Jadikanlah makan diwaktu sahur sebagai penolong melakukan
puasa diwaktu siang. Dan istirahat di tengah hari sebagai penolong untuk
melakukan shalat malam kalian.”[2]
B.
BERSODAQOH
Hadhrat
Rasulullah saw. adalah pribadi yang dermawan apalagi pada saat bulan Ramadhan
kemurahan tangannya bagaikan hembusan angin sebagaimana yang diterangkan dalam
hadis di bawah ini :
-
‘anibni ‘abbâsin qôla: kânan-nabiyyu (shollollohu ‘alayhi wa sallam)
ajûdan-nâsi bil-khoyri wa kâna ajûda mâ yakûnu fi Romadhôna hîna yalqôhu
jibrîlu wa kâna jibrîlu ‘alayhis-salâmu yalqôhu kulla laylatin fî romadhôna
hattâ yansalikho ya’ridhu ‘alayhin-nabiyyu (shollollohu ‘alayhi wa sallam)
alqur-âna fa-idzâ laqiyahu jibrîlu ‘alayhis-salâmu kâna ajûda bil-khyri
minar-riyhil-mursalati –
1818.
Artinya: dari ibn Abbas ra. Ia berkata Nabi saw. Adalah manusia yangn paling
dermawan, dan sedermawan-dermawan beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika
Jibril menemui belaiu. Jibril menemui beliau pada setiap malam dari bulan
Ramadhan sehingga habisnya bulan Ramadhan itu. Kepentingannya menemui nabi saw.
Ialah untuk menyampaikan al-Quran.apabila Jibril bertemu dengan beliau maka
keadannya lebihi bermurah dengan kebaikan daripada angin yang diutus.[3]
C.
MEMPERLIHATKAN AKHLAQ YANG MULIA
Adab
puasa lainnya yang digambarkan di dalam hadis yaitu, orang yang sedang berpuasa
hendaknya memperlihatkan akhlak yang mulia sebagaimana yang dicontohkan di
bawah ini:
- ‘an
abî Huroyrota yaqûlu: qôla Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam):
qôlaLlohu: kullu ‘amalib-ni Adama lahu, illa-shiyâma, fa-innahu lî wa ana ajza
bihi wash-shiyâmu junnatun, wa idzâ kâna yawmu showmin ahadakum falâ yarfutsu
wa lâ yashkhob, fa-inna sâ-bbahu ahadun aw qôtalahu fal-yaqul “innimroun
shô-imun” -
1820.
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Allah yang
Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “Setiap amal anak Adam itu baginya selain
puasa, sesungguhnya puasa itu bagi Ku dan Aku membalasnya. Puasa itu perisai.
Apabila salah seorang diantaramu berpuasa pada suatu hari maka janganlah
berkata keji dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci
makinya atau melawannya maka hendaklah ia mengatakan “sesungguhnya saya sedang
berpuasa”[4]
D.
BANYAK MEMBACA AL QUR’AN
Amal-amal
lainnya di saat sedang berpuasa hendaknya membaca al-Quran (bertadarus)
sebagaimana hadis di bawah ini:
- ‘an
‘urwata, ‘an ‘â-isyata qôlat mâ la’ina Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa
sallam) min la’natin tadzkuru kâna idzâ kâna qorîbu ‘ahdi bi Jibrîli
(‘alayhis-salâmu) yudârisuhû kâna ajûda bil-khoyri minar-rîhil-mursalat(i) -
Dari
Urwah dari Aisyah katanya : “Boleh dikata, hampir tidak pernah Rasulullah saw.
melaknat. Biasanya bila dekat masa bertemunya dengan Jibril untuk bertadarus
al-Qur’an, maka Rasulullah saw. banyak bermurah tangan lebih dari kencangnya
angin yang berhembus.”[5]
E.
MENYEGERAKAN BERBUKA PUASA
Anjuran
Hz. Rasulullah saw. lainnya yaitu, supaya menyegerakan berbuka puasa dan itu
adalah satu kebaikan:
- ‘an
sahlib-ni sa’din qôla: qôla Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam): lâ
yazâlun-nâsu bikhoyrin mâ ‘ajalul-fitr(o) –
Artinya:
Bahwasanya nabi saw. bersabda manusia senantiasa ada dalam keadaan baik selama
cepat-cepat makan untuk berbuka.[6]
F.
IBADAH DI MALAM HARI
Hadhrat.
Rasulullah saw. senantiasa mengisi malam-malamnya di bulan puasa dengan
melaksanakan ibadah dan demikianlah anjuran beliau:
- ‘an
sai’îdibnil-musayyiba, ‘an Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam) qôla:
man qôma Romadhôna îmânan wahtisâban, ghufiro lahu mâ taqoddama min dzambihi -
Artinya:
bersabda Rasulullah saw. “Barang siapa yang beribadah malam di bulan Ramadhan
dengan penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah, maka akan diampunkan
dosa-dosanya yang lalu.”[7]
Hadhrat
Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam (tarawih) secara berjamaah di bulan
puasa. Tapi hal itu beliau laksanakan hanya beberapa hari saja, karena
dikhawatirkan shalat malam (tarawih) secara berjamaah itu dianggap suatu
kewajiban oleh umat beliau.
Artinya:
Aisyah ra. berkata: “Pada suatu malam di bulan Ramadhan Rasulullah saw.
mengerjakan shalat malam berjamaah di masjid. Seterusnya Hz. Aisyah ra. berkata
bahwa nabi hanya menganjurkan sahabat-sahabatnya supaya gemar beribadah di
malam hari di bulan Ramadhan dan anjurannya itu tidak bersifat perintah. Karena
itu beliau bersabda: “Barang siapa beribadah di malam lailatul qadar dengan
penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah, maka ia akan diampunkan
dosa-dosanya yang terdahulu.”
Urwah
berkata:” Demikianlah keadaan itu terus berlangsung hingga Rasulullah saw. pulang
ke rahmatullah”.[8]
G.
BERI’TIKAF
Hadhrat
Rasulullah saw apabila di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan senantiasa
melaksanakan I’tikaf, demikianlah bunyi hadisnya:
- ‘an
‘âisyata, annan-Nabiyya (shollollohu ‘alayhi wa sallam) kâna ya’taqiful-‘asyrol-awâkhiro
min Romadhôna hattâ qobadhohuLlohu -
Artinya:
Dari Aisyah “Bahwasanya nabi saw. biasa beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari
bulan Ramadhan sampai Allah mengambil nyawanya”.[9]
- ‘an
‘aliyyi, anna annan-Nabiyya (shollollohu ‘alayhi wa sallam) kâna yûqidzu ahlahu
fîl-awâkhiri min Romadhôn(a) -
Artinya:
Dari Ali ra. bahwasanya nabi saw. biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh
terakhir dari bulan Ramadhan. [10]
Demikianlah
amalan-amalan yang nampak dilakukan oleh Rasulullah saw. Ketika beliau berada
di Bulan Ramadhan. Kita sebagai pengikutnya harus bisa mencontoh apa-apa yang
beliau kerjakan.
Catatan
kaki:
[1] Drs.
Abu Bakar Muhammad, TERJEMAHAN SUBULUS-SALAM, Jilid 2, Surabaya: Al-Ikhlas,
1991, Kitab Puasa, hlm. 610-611
[2] Al
Ustadz H. Abdullah Shonhaji, dkk, TARJAMAH SUNAN IBNU MAJAH II, Semarang: CV
Asy Syifa’ 1992, hal. 473, Bab Tentang Sahur, No. 1693
[3]
Ahmad Sunarto, dkk, TARJAMAH BUKHARI III, Semarang: CVAssyifa, 1993, hal.93,
Bab Sedermawan-dermawan nabi saw. adalah pada bulan Ramadhan
[4]
Ibid, hal 94
[5]
Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa,
1992, hlm. 505, BAB Keutamaan bermurah tangan di bulan ramadhan, Hadits No.
2065
[6] Moh.
Zuhri Dipl. TAFL, Drs. H., dkk, TARJAMAH SUNAN AT-TIRMIDZI II, Semarang:
CVAssyifa, 1992, hal.20, Bab Bersegera untuk berpuasa, Hadis No. 690
[7]
Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa,
1992, hlm. 546, Bab Pahala orang yang berpuasa Ramadhan dan beribadah di malam
harinya dengan penuh keimanan dan berharap pahala dan Allah, Hadits No. 2157
[8]
Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa,
1992, halaman 505, hal. 549, no. 2161
[9] Moh.
Zuhri Dipl. TAFL, Drs. H., dkk, TARJAMAH SUNAN AT-TIRMIDZI II, Semarang: CVAssyifa,
1992, hlm. 114, Bab Tentang I’tikaf, Hadits No. 787
[10]
Ibid, hlm,. 120, Bab tentang daripadanya, Hadits No. 792