Pages

Jejalur

Seek knowledge from the cradle to the grave.

Jejalur

Seek knowledge from the cradle to the grave.

Jejalur

Seek knowledge from the cradle to the grave.

Jejalur

Seek knowledge from the cradle to the grave.

Jejalur

Seek knowledge from the cradle to the grave.

Wednesday, January 23, 2013

Tata cara puasa


A. MAKAN SAHUR
Aktifitas Hadhrat Rasulullah saw. selama bulan Ramadhan diantaranya makan sahur dibawah ini hadis-hadis yang menerangkan bahwa sahur adalah kegiatan yang penting untuk menyongsong ibadah puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Mengenai hal ini, Rasulullah saw. besabda:
‘an anasin ibnu malikin (rodhiyallohu ‘anhu) qôla: qôla RosûlaLlâhi (shollollohu ‘alayhi wa sallam), tasahharû fa-inna fis-sahûrî barokat(un) (Mutafaq ‘alayh)
Artinya: Dari Anas bin Malik ra. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Makan sahurlah kamu sekalian, sebab dalam makan sahur itu ada berkahnya.” (Mutaffaq’alaih)
Ahmad menambahkannya dari Hadis Abu Sa’id:
falâ tad’ûhu, wa law an yatajarro’a ahadukum jar’atan min mâ-in fa-innaLloha wa malâ-ikatahû yushollûna ‘alal-mutasahhirîn(a) – (rowâhu Ahmad)
Artinya: Maka janganlah kamu tinggalkan sahur itu, dan seandainya seseorang diantara kamu meneguk (meminum) seteguk air, maka sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya mendoakan atau mengasihani orang-orang yang sahur itu. (HR. Ahmad) [1]
- ‘anibni ‘abbâsin, ‘anin-nabiyyi (shollollohu ‘alayhi wa sallam) qôla: ista’înû bitho’âmissahari ‘alâ shiyâmin-nahri wa bil-qoylûlati ‘alâ qiyâmul-layl(i) -
Artinya: Nabi saw. bersabda: “Jadikanlah makan diwaktu sahur sebagai penolong melakukan puasa diwaktu siang. Dan istirahat di tengah hari sebagai penolong untuk melakukan shalat malam kalian.”[2]
B. BERSODAQOH
Hadhrat Rasulullah saw. adalah pribadi yang dermawan apalagi pada saat bulan Ramadhan kemurahan tangannya bagaikan hembusan angin sebagaimana yang diterangkan dalam hadis di bawah ini :
- ‘anibni ‘abbâsin qôla: kânan-nabiyyu (shollollohu ‘alayhi wa sallam) ajûdan-nâsi bil-khoyri wa kâna ajûda mâ yakûnu fi Romadhôna hîna yalqôhu jibrîlu wa kâna jibrîlu ‘alayhis-salâmu yalqôhu kulla laylatin fî romadhôna hattâ yansalikho ya’ridhu ‘alayhin-nabiyyu (shollollohu ‘alayhi wa sallam) alqur-âna fa-idzâ laqiyahu jibrîlu ‘alayhis-salâmu kâna ajûda bil-khyri minar-riyhil-mursalati –
1818. Artinya: dari ibn Abbas ra. Ia berkata Nabi saw. Adalah manusia yangn paling dermawan, dan sedermawan-dermawan beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemui belaiu. Jibril menemui beliau pada setiap malam dari bulan Ramadhan sehingga habisnya bulan Ramadhan itu. Kepentingannya menemui nabi saw. Ialah untuk menyampaikan al-Quran.apabila Jibril bertemu dengan beliau maka keadannya lebihi bermurah dengan kebaikan daripada angin yang diutus.[3]
C. MEMPERLIHATKAN AKHLAQ YANG MULIA
Adab puasa lainnya yang digambarkan di dalam hadis yaitu, orang yang sedang berpuasa hendaknya memperlihatkan akhlak yang mulia sebagaimana yang dicontohkan di bawah ini:
- ‘an abî Huroyrota yaqûlu: qôla Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam): qôlaLlohu: kullu ‘amalib-ni Adama lahu, illa-shiyâma, fa-innahu lî wa ana ajza bihi wash-shiyâmu junnatun, wa idzâ kâna yawmu showmin ahadakum falâ yarfutsu wa lâ yashkhob, fa-inna sâ-bbahu ahadun aw qôtalahu fal-yaqul “innimroun shô-imun” -
1820. Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Allah yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “Setiap amal anak Adam itu baginya selain puasa, sesungguhnya puasa itu bagi Ku dan Aku membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang diantaramu berpuasa pada suatu hari maka janganlah berkata keji dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci makinya atau melawannya maka hendaklah ia mengatakan “sesungguhnya saya sedang berpuasa”[4]
D. BANYAK MEMBACA AL QUR’AN
Amal-amal lainnya di saat sedang berpuasa hendaknya membaca al-Quran (bertadarus) sebagaimana hadis di bawah ini:
- ‘an ‘urwata, ‘an ‘â-isyata qôlat mâ la’ina Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam) min la’natin tadzkuru kâna idzâ kâna qorîbu ‘ahdi bi Jibrîli (‘alayhis-salâmu) yudârisuhû kâna ajûda bil-khoyri minar-rîhil-mursalat(i) -
Dari Urwah dari Aisyah katanya : “Boleh dikata, hampir tidak pernah Rasulullah saw. melaknat. Biasanya bila dekat masa bertemunya dengan Jibril untuk bertadarus al-Qur’an, maka Rasulullah saw. banyak bermurah tangan lebih dari kencangnya angin yang berhembus.”[5]
E. MENYEGERAKAN BERBUKA PUASA
Anjuran Hz. Rasulullah saw. lainnya yaitu, supaya menyegerakan berbuka puasa dan itu adalah satu kebaikan:
- ‘an sahlib-ni sa’din qôla: qôla Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam): lâ yazâlun-nâsu bikhoyrin mâ ‘ajalul-fitr(o) –
Artinya: Bahwasanya nabi saw. bersabda manusia senantiasa ada dalam keadaan baik selama cepat-cepat makan untuk berbuka.[6]
F. IBADAH DI MALAM HARI
Hadhrat. Rasulullah saw. senantiasa mengisi malam-malamnya di bulan puasa dengan melaksanakan ibadah dan demikianlah anjuran beliau:
- ‘an sai’îdibnil-musayyiba, ‘an Rosûlullohi (shollollohu ‘alayhi wa sallam) qôla: man qôma Romadhôna îmânan wahtisâban, ghufiro lahu mâ taqoddama min dzambihi -
Artinya: bersabda Rasulullah saw. “Barang siapa yang beribadah malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah, maka akan diampunkan dosa-dosanya yang lalu.”[7]
Hadhrat Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam (tarawih) secara berjamaah di bulan puasa. Tapi hal itu beliau laksanakan hanya beberapa hari saja, karena dikhawatirkan shalat malam (tarawih) secara berjamaah itu dianggap suatu kewajiban oleh umat beliau.
Artinya: Aisyah ra. berkata: “Pada suatu malam di bulan Ramadhan Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam berjamaah di masjid. Seterusnya Hz. Aisyah ra. berkata bahwa nabi hanya menganjurkan sahabat-sahabatnya supaya gemar beribadah di malam hari di bulan Ramadhan dan anjurannya itu tidak bersifat perintah. Karena itu beliau bersabda: “Barang siapa beribadah di malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah, maka ia akan diampunkan dosa-dosanya yang terdahulu.”
Urwah berkata:” Demikianlah keadaan itu terus berlangsung hingga Rasulullah saw. pulang ke rahmatullah”.[8]
G. BERI’TIKAF
Hadhrat Rasulullah saw apabila di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan senantiasa melaksanakan I’tikaf, demikianlah bunyi hadisnya:
- ‘an ‘âisyata, annan-Nabiyya (shollollohu ‘alayhi wa sallam) kâna ya’taqiful-‘asyrol-awâkhiro min Romadhôna hattâ qobadhohuLlohu -
Artinya: Dari Aisyah “Bahwasanya nabi saw. biasa beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mengambil nyawanya”.[9]
- ‘an ‘aliyyi, anna annan-Nabiyya (shollollohu ‘alayhi wa sallam) kâna yûqidzu ahlahu fîl-awâkhiri min Romadhôn(a) -
Artinya: Dari Ali ra. bahwasanya nabi saw. biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. [10]
Demikianlah amalan-amalan yang nampak dilakukan oleh Rasulullah saw. Ketika beliau berada di Bulan Ramadhan. Kita sebagai pengikutnya harus bisa mencontoh apa-apa yang beliau kerjakan.
Catatan kaki:
[1] Drs. Abu Bakar Muhammad, TERJEMAHAN SUBULUS-SALAM, Jilid 2, Surabaya: Al-Ikhlas, 1991, Kitab Puasa, hlm. 610-611
[2] Al Ustadz H. Abdullah Shonhaji, dkk, TARJAMAH SUNAN IBNU MAJAH II, Semarang: CV Asy Syifa’ 1992, hal. 473, Bab Tentang Sahur, No. 1693
[3] Ahmad Sunarto, dkk, TARJAMAH BUKHARI III, Semarang: CVAssyifa, 1993, hal.93, Bab Sedermawan-dermawan nabi saw. adalah pada bulan Ramadhan
[4] Ibid, hal 94
[5] Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa, 1992, hlm. 505, BAB Keutamaan bermurah tangan di bulan ramadhan, Hadits No. 2065
[6] Moh. Zuhri Dipl. TAFL, Drs. H., dkk, TARJAMAH SUNAN AT-TIRMIDZI II, Semarang: CVAssyifa, 1992, hal.20, Bab Bersegera untuk berpuasa, Hadis No. 690
[7] Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa, 1992, hlm. 546, Bab Pahala orang yang berpuasa Ramadhan dan beribadah di malam harinya dengan penuh keimanan dan berharap pahala dan Allah, Hadits No. 2157
[8] Ustadz Bey Arifin, dkk, TARJAMAH SUNAN AN-NASA’IY II, Semarang: CVAssyifa, 1992, halaman 505, hal. 549, no. 2161
[9] Moh. Zuhri Dipl. TAFL, Drs. H., dkk, TARJAMAH SUNAN AT-TIRMIDZI II, Semarang: CVAssyifa, 1992, hlm. 114, Bab Tentang I’tikaf, Hadits No. 787
[10] Ibid, hlm,. 120, Bab tentang daripadanya, Hadits No. 792